top of page

Sejarah Perkembangan Bisnis Jamu di Indonesia

Di berbagai belahan dunia tradisi pengobatan tradisional berkembang pesat. Salah satunya adalah pengobatan tradisional khas Nusantara yakni dengan ramuan jamu. Jamu berasal dari dua kata Jawa Kuno yaitu Djampi yang bermakna penyembuhan dan Oesodo yang bermakna kesehatan. Jamu diperkenalkan ke publik secara turun temurun melalui orang-orang yang dipercaya punya ilmu pengobatan tradisonal.

Jamu merupakan minuman khas Nusantara yang berkhasiat sebagai minuman kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan berbagai penyakit. Jamu disajikan dengan berbagai jenis namun umumnya berupa cairan atau minuman. Mengingat di Indonesia memiliki tanaman herbal berjumlah cukup banyak baik di Jawa, Sumatra bahkan hutan Kalimantan maka di setiap daerah mempunyai jenis Jamu yang berbeda, menyesuaikan dengan tanaman herbal yang ada. Karena itulah terdapat berbagai macam jamu di seluruh Nusantara.

Membuat jamu tidak sulit prosesnya pada intinya hanya mengambil sari dari perasan tumbuhan herbal. Bahan dasar yang digunakan adalah kunyit, temulawak, lengkuas, jahe, kencur, dan kayu manis. Untuk menambah rasa segar dan manis terkadang ada campuran jeruk nipis dan gula jawa atau gula batu.

Tradisi minum Jamu mengalami pasang surut sesuai zamannya. Pada artikel kali ini kami akan mengupas sejarah perkembangan bisnis jamu di Nusantara. Ternyata jamu sudah ada sejak lama di Nusantara. Ini dia ulasannya !

Jamu Sejak Masa Kerajaan

Minuman khas Indonesia ini telah menjadi kebanggaan tersendiri seperti halnya dengan Ayurveda dari India dan Zhongyi dari Cina. Bukti keberadaan jamu di Nusantara ditemukan di Yogyakarta dan Surakarta, tepatnya di Candi Borobudur pada relief Karmawipangga, Candi Prambanan, Candi Brambang, dan beberapa lokasi lainnya. Pada zaman dulu kesehatan dan kesaktian para pendekar dan petinggi-petinggi kerajaan berasal dari latihan fisik dan kanuragan disertai dengan bantuan dari ramuan jamu tradisional untuk menjaga fisik.

Pada masa Kerajaan Mataram perempuan lebih berperan dalam memproduksi jamu, sedangkan pria berperan mencari tumbuhan herbal alami sebagai bahan dasar pembuat jamu.Hal ini dibuktikan dengan penemuan artefak Cobek dan Ulekan yang merupakan alat tumbuk untuk membuat jamu. Artefak itu bisa dilihat di situs arkeologi Liyangan yang berlokasi di lereng Gunung Sindoro, Jawa Tengah.

Perkembangan Jamu Saat Masa Penjajahan

Pada masa ini tradisi minum Jamu sempat mengalami penurunan yaitu ketika ilmu modern masuk ke Indonesia yang salah satunya adalah ilmu kedokteran. Saat itu disaat sertifikat dan pengujian terhadap khasiyat jamu yang di pertanyakan, kampanye obat-obatan yang bersifat kimia bersertifikat mampu merubah masyarakat Indonesia sehingga minat terhadap Jamu menurun.

Pada 1940 an sewaktu penjajahan Jepang tradisi minum Jamu kembali dipopulerkan oleh komite Jamu Indonesia. Mulai saat itulah kepercayaan khasiat terhadap Jamu kembali meningkat. Karena ada momen yang tepat itulah penjualan Jamu pun meningkat dan menyesuaikan dengan teknologi, diantaranya telah banyak dikemas dalam bentuk pil, tablet, atau juga bubuk instan yang mudah diseduh.

Kebangkitan Perusahaan Jamu

Perkembangan jamu mengalami pertumbuhan puncaknya pada tahun 1974 hingga 1990. Pada masa itu banyak berdiri perusahaan Jamu bermunculan. Pembinaan-pembinaan dan pemberian bantuan dari Pemerintah semakin di galakkan agar pelaku industri Jamu dapat meningkatkan aktivitas produksinya.

Saat ini, tradisi pengajaran pembuatan Jamu secara turun temurun telah jarang dilakukan, sehingga penjualan Jamu gendong yang masih menggunakan cara produksi tradisional sudah jarang ditemukan. Sebagian besar generasi muda berpikir untuk mendapatkan Jamu cukup dengan memanfaatkan Jamu yang dijual sachet dan instan. Hal ini didukung dengan bermunculannya perusahaan jasa makloon herbal dan kosmetik.

Mesti sebagian produk jamu tak bersetifikat, namun khasiat Jamu telah teruji oleh waktu secara turun-temurun. Sehingga hingga saat ini, minuman berkhasiat khas Indonesia ini selalu terjaga keberlangsungannya. Meskipun ilmu kedokteran modern berembang semakin canggih namun jamu sebagai warisan tradisional Nusantara memiliki pangsa pasarnya tersendiri. Salah satunya adalah wisata pertanian dan edukasi yang menerapkan perpaduan antara tradisi minum jamu yang memunculkan keberadaan desa wisata di Yogyakarta.

Single Post: Blog_Single_Post_Widget
bottom of page