top of page

Membangun Rumah Adat Mbaru Niang Yang Terancam Punah

Mbaru Niang adalah rumah adat yang berada di daerah wae rebo, Flores. Rymah unik berbentuk kerucut ini ada tujuh buah mbaru niang, dan ketujuh buah itu berdiri dalam satu lingkaran. Setiap rumah diperuntukkan bagi 6 – 8 keluarga yang membagi ruang pribadinya dalam sekat kamar di lantai satu. Keunikan rumah Mbaru ning ini tentu sebanding dengan proses pembangunannya yang membutuhkan waktu lama.

Membangun rumah adat Mbaru Niang tidaklah mudah, masyarakat wae rebo mempersiapkannya dalam jangla waktu lama karena keseluruhan bahan bangunan diambil dari hutan yang mengelilingi kampung Wae rebo. Selain itu kyu yang dipakai merupakan kayu terbaik yang telah memliki cukup umur. Selain kayu, masyarakat juga mengumpulkan rotan untuk mengikat, ijuk dan alang-alang untuk atap dan bambu sebagai rangka atap. Seluruh bahan ini dikumpulkan dari alam sedikit demi sedikit oleh masyarakat.

Tidak seperti pembangunan yng di lakukan oleh kontraktor jasa bangun rumah yang membangun rumah dengan tempo singkat, pembangunan rumah ini harus melalui langkah yang sudah umum di lakukan oleh masyarakat. Selain itu struktur dari rumah ini juga dirancang sedemikian rupa sehingga bangunan adat meskipun di bangun dengan cara tradisional namun memiliki kekuatan untuk menopang. Inilah ulasannya !

Pondasi.

Rumah adat Mbaru Niang memiliki pondasi yang terdiri dari beberapa bilang batang kayu yang ditanam ke tanah sedalam dua meter. Pada pondasi yang ditanam saat pembangunan kembali pondasi dibungkus dengan plastik dan ijuk untuk melindungi kayu bersentuhan langsung dengan tanah wae rebo yang lembab. Hal ini dikarenakan pondasi yang lama rusak karena adanya pelapukan.

Lantai Bawah

Lantai Bawah dari rumah ini berdiameter 11 meter, dan merupakan lantai utama. Lantai pertama ini dibuat segera setelah pembangunan pondasi selesai dilaksanakan. Lantai ini berlandaskan balok-balok dan hamparan papan kayu dan dikelilingi glondongan rotan besar sebagai dudukan utama atap. Di atas lantai pertama inilah didirikan tiang utama hingga kepucuk yang dilngkapi dengan tangga bambu untuk naik.

Tiang Utama / Bongkok

Untuk menyangga tiang utama ini, ditahan dengan tali rotan yang diikatkan pada tiga hingga empat pasak.tiang utama. Tiang utama ini akan menjadi penyangga dari keseluruhan aktivitas pembangunan rumah, sehingga harus dalam melakukan ikatan pada pasaknya benar-benar kuat.

Penyangga dinding

Penyangga dinding yang sekaligus berfungsi sebagai atap ini adalah kumpulan rotan dalam satu ikatan. Ukurannya sangat besar, dan panjangnya disesuaikan dengan keliling lingkaran, sehingga yang paling panjang adalah pada lantai satu. Semakin keatas semakin pendek. kumpulan rotan inilah yang membentuk bulatan pada atap rumah. Ada juga bambu-bambu yang berfunsi sebagai rangka atap atau penyangga yang mengikat sekumpulan ijuk atau alang-alang yang disusun bergantian sebagai atap atau dinding.

Pengerjaan tiap lantai

Setelah lantai pertama dan tiang utama berdiri, pembangunan tiap-tiap lantai akan menyesuaikan, dibangun dari lantai terbawah, hingga keatas. Jika seluruh struktur utama selesai dan juga bambu-bambu pengikat atap siap, barulah pemasangan ijuk dan alang-alang dilakukan untuk menutupi keseluruhan rumah.

Demikian langkah membangun rumah adat Mbaru Niang. Bangunan ini hanya menggunakan rotan untuk mengikat kayu dan pasak atau kunci kayu. Sehingga tidak menggunakan paku. Waktu yang diperlukan untuk membangun rumah adat Mbaru Niang dari pondasi hingga selesai sekitar tiga bulan, yang dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Wae Rebo.

Semoga artikel ini memberikan informasi yang vbermanfaat bagi anda. Jangan lupa membaca artikel lainnya tentang keindahan destinasi wisata Goa Rangko di NTT. Terima kasih.

Single Post: Blog_Single_Post_Widget
bottom of page